Setiap orang sedang membuat jejak digital atau sejarahnya sendiri. Tatkala internet saat ini, sudah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dunia.
Hampir semua hal, bisa dilakukan di internet. Mulai dari berkomunikasi, mengekspresikan diri, menyampaikan pendapat, membagikan cerita sehari-hari, dan masih banyak lainnya.
Banyak yang tak menyadari betapa jejak digital (digital footprint) adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Jejak digital adalah jejak data yang dibuat ketika kita menggunakan internet.
Ini bisa berupa email yang kita kirim dan data lainnya yang kita kirimkan ke layanan online. Bisa juga jejak yang ditinggalkan secara online tanpa sengaja. Misalnya, alamat IP yang tercatat oleh penyedia layanan internet, lokasi, hingga riwayat penelusuran.
Sementara di tengah jejak digital di medsos berserakan. Di beberapa media digital terkemuka sudah membahas akan adanya pergantian Panglima TNI mendatang. Bak sedang bermain tik-tok. Para pengamat mulai memainkan analisanya di youtube.
Jenderal Andika Perkasa (Kepala Staf TNI Angkatan Darat) yang merupakan mantu Hendropriyono. Atau Laksamana TNI Yudo Margono, kepala Staf Angkatan Laut?
Panglima TNI Hadi Tjahjanto Nopember 2021 nanti sudah berusia 58 tahun. Artinya akan ada suksesor di jabatan tertinggi di Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Siapa pengganti dari Panglima TNI yang memasuki masa purna bhakti?
Dalam “catatan pinggir” Public Watch Integrity (PWI) adalah, orang nomor satu di TNI juga harus “doyan” kerja seperti Jokowi. Satu nafas dengan gaya kepemimpinan Jokowi, tentunya tak lepas dari perspektif kepentingan politik saat ini dan Pemilu 2024 nanti.
Dinamika besarnya Jokowi ingin menunaikan tugasnya dengan aman di tengah isu terorisme dan isu agama atau separatisme sengaja disebar oleh antek asing.
Panglima haruslah orang yang memberi rasa aman juga di bangsa ini. Bukan soal anggaran pembelanjaan alutsista yang heboh, karena untuk urusan itu lebih ke lahan Kementerian Pertahanan.
Public Watch Integrity melukiskan dalam kacamata Lembaga Pemantau dan Pengkajian Kebijakan Publik. Untuk ketiga orang nomer satu di tiap angkatan MATRA sejatinya tak ada problem dalam hal integritas.
Hanya saja, jika Jokowi mengangkat Andika sebagai Panglima TNI, public pun langsung mengambil kesimpulan tanpa analisa mendalam. Bahwa Presiden ternyata mendapat titipan partai, dalam menunjuk orang nomer satu di TNI.
Sosok Andika berprestasi, yang merupakan mantu Hendropriyono serba salah. Prestasinya tertutupi, seolah Panglima TNI adalah berkat “keringat” Hendro yang memang banyak berjasa di pemerintahan Jokowi, dari sebelum menjadi presiden hingga sekarang ini.
Berandai-andai saja. Bila Andika diangkat Panglima TNI pada November 2021. Andika sudah memasuki usia 57 tahun. Masa jabatan yang singkat sebagai “jejak rekam” disebut sebagai opsi naik tingkat untuk Andika memasuki pentas politik nasional yang lebih tinggi.
Bagaimana tidak, jenderal kelahiran Bandung, Jawa Barat yang memulai karir militernya sebagai perwira pertama infanteri di Kopassus setelah lulus dari Akademi Militer pada 1987.
Sempat menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI AD pada 2013, Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) pada 2014 dan Panglima Komando Daerah Militer Tanjungpura pada 2016, karir Andika melaju dengan cepat.
Pada 2018 saja dia menjabat sebagai Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklatad), kemudian Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) sebelum akhirnya diangkat Presiden Joko Widodo menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.
Orang nomor satu di Angkatan Darat itu malah disebut “kuda hitam” untuk kandidat pimpinan bangsa ini.
Lulusan terbaik Seskoad (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat) pada 1999/2000, dia juga memiliki banyak pengalaman lapangan serta latar belakang pendidikan yang baik. Andika juga lulus dari Unversitas Harvard dan Universitas George Washington.
Rekam jejak Andika yang pernah di Kopassus, Kodiklat, Pangdam, Kostrad, kemudian sebelumnya pernah di Penerangan juga. Tour of duty-nya komplet. Pernah juga menjadi Komandan Paspampres.
Sementara itu untuk suami dari Inong yang memimping Angkatan Udara tak kurang moncer dalam prestasi dan kerjanya untuk bangsa ini. Hanya saja Marsekal TNI Fadjar Prasetyo yang merupakan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) ke-23 kurang “interaksi” dengan jurnalis, dibanding Andika dan Yudo.
Sosok jenderal Andika Perkasa bukan saja calon Panglima TNI tapi disebut-sebut bisa menjadi “Kuda Hitam Pilpres 2024. Ganjalan yang ada pada Andika Perkasa, hanya sedikit rumors yang disebut “perang dingin” dengan Panglima TNI Hadi Tjahjanto, tersiar ke publik.
Situasi dimana Andika Perkasa tak nyaman dengan Panglima TNI Hadi Tjahjanto, entah kenapa. Saat dikonfirmasi Kasad tak menjawab, hanya tersenyum ramah.
Yang tak bisa dipungkiri, secara kasat mata jarang atau hampir tak pernah Hadi dan Andika melakukan giat bersama. Sementara jelas, Hadi adalah orang yang dipercaya Jokowi saat ini.
Wajarlah bila kemudian Marsekal Hadi Tjahjanto pensiun, tak lagi berdinas aktif sebagai tantara memberi rekomendasi yang pantas ke Yudo Margono. Dengan alasan, sosok Panglima TNI nantinya, harus mampu membangun sinergi antara ketiga matra TNI dengan Kementerian Pertahanan serta Menteri Pertahanan juga Kepolisian RI.
Yudo Margono merupakan Perwira Tinggi TNI Angkatan Laut yang lahir di Madiun, 26 November 1965. Ia lulus Akademi Angkatan Laut (AAL) pada tahun 1988 dan merupakan angkatan ke-33. Sosok yang sudah kenyang pengalaman di bidang militer.
Catatan pinggir-nya, Yudo pernah didapuk menjadi Komandan KRI Ahmad Yani-351 pada tahun 2006. Ia juga pernah menjabat Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Sorong tahun 2008.
Dua tahun kemudian, ia ditunjuk menjadi Komandan Satuan Kapal Cepat Koarmatim tahun 2010. Lalu menjadi Komandan Satuan Kapal Eskorta Koarmatim di tahun 2011. Selanjutnya di tahun 2012, dipercaya untuk menjadi Komando Latihan Koarmabar tahun 2012 dan Paban II Sopsal tahun 2014.
Pada tahun 2015 Yudo Margono menjabat sebagai Komandan Lantamal I Belawan. Tahun 2016 menjabat Kepala Staf Koarmabar. Kemudian di tahun 2017 menjabat sebagai Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil).
Yudo juga pernah dipercayakan menjabat Panglima Komando Armada I (Pangkoarmada I) tahun 2018 dengan pangkat laksamana muda saat masih menjabat sebagai Panglima Kolinlamil.
Setelah pangkatnya naik menjadi bintang dua, ia dipercaya menjadi Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I pada 2019.
Untuk menunjang pengetahuannya, berbagai pendidikan militer telah ditempuh oleh Laksamana TNI Yudo selain di AAL. Seperti Sus Paja (1988), Sus Korbantem (1989), Sus Perencanaan Operasi Amphibi (1990), Sus Pariksa Angkatan-18 (1992), Dikspespa Kom Angkatan-9 (1993), Diklapa-II/Koum Angkatan-11 (1997), Seskoal Angkatan-40 (2003), Sus Keankuman TNI AL (2007), Sesko TNI Angkatan-38 (2011) dan Lemhannas RI (PPSA) Angkatan-52 (2014).
Tergolong perwira TNI AL yang cukup berprestasi dan banyak berjasa bagi Indonesia. Atas jasa-jasanya, ia telah menerima berbagai tanda jasa bintang dan satya lencana. Antara lain Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Jalasena Pratama, Bintang Jalasena Nararya, Satya Lencana VIII, Satya Lencana Kesetiaan XVI.
Ia juga mendapat Satya Lencana Kesetiaan XXIV, Satya Lencana Dwidya Sistha, Satya Lencana Kebaktian Sosial, Satya Lencana Wira Dharma (perbatasan), Satya Lencana Wira Nusa, Satya Lencana Dharma Nusa dan Satya Lencana Dharma Samudera.
Jadi, kalaupun Yudo terpilih menjadi Panglima bukan sekedar TNI Angkatan Laut, harus diakui karena prestasi dan loyalitasnya. Tak sekedar mendapat giliran, karena Panglima TNI pernah dijabat TNI AL adalah tahun 2013 atau 7 tahun lalu.
Posisi gantian itu, TNI AL terakhir kali mendapat giliran menjadi Panglima TNI di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Laksamana Agus Suhartono yang menjabat dari tahun 2010 hingga 2013.
“Tradisi” pergantian panglima TNI secara bergantian dari ketiga angkatan mulai diberlakukan sejak era Presiden Abdurahman Wahid hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Obrolan Medsos Cilangkap, Wartawan ABRI 1990-2020 Juga Pengamat Militer
Laksamana Yudo dianggap mampu menterjemahkan apa yang dimaui dari Bapak Presiden. Demikian rangkuman yang didapat dari interaksi Public Watch Integrity (PWI), medsos Wartawan ABRI 1990-2020 serta Whatsapps Alumni Jurnalis Cilangkap.
Pria yang menjabat Kasal sejak 20 Mei 2020 lalu, dinilai mampu mulai dari kebijakan menjaga kedaulatan laut kita dari kehadiran kapal-kapal asing. Hingga beliau juga berperan dalam menyiapkan kedatangan WNI asal Wuhan saat itu.
Seluruh tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya selalu dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik dan paripurna. Jenderal yang sangat aktif turun ke bawah, pak Yudo orang lapangan, ia selalu memantau kinerja anak buahnya, beliau sangat memperhatikan pergerakan di lapangan,
Jika kita tengok peristiwa musibah KRI Nanggala-402 kita akan mengerti bagaimana loyalitasnya kepada keluarga korban. Bersama Panglima TNI, Yudo ikut melaut untuk mencari keberadaan KRI Nanggala-402.
Saat KRI Naggala-402 dipastikan tenggelam, Yudo menyambangi beberapa keluarga korban dan bersama Presiden, Menhan, dan Panglima TNI mengadakan pertemuan dengan para keluarga korban.
Sebagai Panglima Koarmada 1 (Pangkoarmada 1), Yudo dengan kesigapannya memimpin Satgas Laut dalam SAR pencarian bangkai pesawat Lion Air JT 160 yang jatuh di perairan Laut Jawa pada tahun 2019. Sehingga dengan kesigapan satgas dibawah pimpinannya tak butuh lama untuk menemukan serpihan dan CVR pesawat nahas tersebut.
Kesuksesan pada saat menjabat Pangkoarmada 1 menghantarkannya menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 1 (Pangkogabwilhan 1). Sebagai Pangkogabwilhan 1, yang merupakan organisasi baru TNI untuk mengantisipasi tanntangan keamanan ke depan, wilayah kewenangannya bukan hanya di laut tetapi meliputi darat, laut dan udara.
Tentunya tantangan dan permasalahan yang dihadapi semakin besar. Menjalani jabatan ini pun bukan masalah yang besar bagi sosok Yudo Margono.
Dengan wawasan dan pengalamannya memimpin, Yudo berada posisi terdepan di kisruh perairan Natuna yang diklaim sebagai wilayah China. Berulang kali ia memerintahkan kapal-kapal TNI untuk melakukan penegakan hukum di wilayah yang masuk hak berdaulat Indonesia tersebut.
Saat virus corona merebak di berbagai penjuru dunia dan Indonesia harus memulangkan WNI dari Wuhan, Yudo kembali dipercaya untuk memimpin proses rehabilitasi di hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna. Tak hanya itu, ABK kapal pesiar yang diobservasi di Kepulauan Seribu juga dikomandoi olehnya.
Pemerintah lalu membangun RSD di Wisma Atlet Kemayoran. Setelah beroperasi, Yudo juga dipercaya memimpin operasional RSD sampai akhirnya diserahkan ke Pangdam Jaya Mayjen TNI Eko Margiyono.
Begitu juga dengan RSD Pulau Galang, Yudo juga yang mengomandoi. Bahkan, saat dirinya menjabat Kasal, perhatian kepada relawan tenaga medis covid-19 di Wisma Atlet terus diberikan. Hingga pada akhirnya, sebagai apresiasi dan pemenuhan komitmen, Yudo Margono mangangkat relawan covid-19 menjadi prajurit TNI AL.
Pengalamannya memimpin di jajaran Kogabwilhan 1 membuktikan bahwa Laksamana TNI Yudo Margono adalah seorang prajurit sejati yang dapat mengomandoi lingkup 3 matra. Darat, laut, dan udara.
Loyalitas. Inilah kelebihan Laksamana TNI Yudo Margono
Kasal ke-27 ini tak perlu lagi ditanya tentang loyalitasnya. Garis lurus, itulah jawaban yang akan didapat. Loyalitas yang tegak lurus, baik ke atas maupun ke bawah. Ke atas dibuktikan dengan tugas-tugas yang diselesaikannya dengan baik dan paripurna. Ke bawah dibuktikan dengan perhatiannya kepada keluarga besar TNI AL yang menjadi tanggung jawabnya.
Tak heran bila banyak pengamat yang menyatakan bahwa Yudo punya keunggulan jika nanti menjadi Panglima TNI untuk mengatasi masalah di tanah air. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan.
Pertama, pengamanan wilayah laut dan kepulauan dari pencaplokan oleh negara-negara lain. Akibat potensi eskalasi konflik lintas negara di Laut China Selatan ke depan yang cukup tinggi. Serta dukungan penjagaan laut yang merupakan garda terdepan dalam menjaga kedaulatan, tentu upaya diplomasi tetap dijalankan. Disamping itu, kejahatan trans-nasional, seperti penyelundupan senjata juga terjadi di laut.
Kedua, visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia perlu dilanjutkan. Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
Dan yang terakhir, Laksamana TNI Yudo Margono, Kepala Staf Angkatan Laut layak menjadi Panglima TNI karena pengalaman serta loyalitasnya yang tak terbantahkan. Salam integritas!
S.S Budi Rahardjo MM
Penulis adalah pengamat militer, Ketua Umum Forum Pimpinan Media Digital Indonesia & Ketua Asosiasi Media DIgital Indonesia (AMDI).
klik juga: Sejarah Mencatat Loyalitas Yudo Margono Tak Terbantahkan