S.S Budi Raharjo: Jadi Ketua PSSI Tidak Digaji, Lalu Apa yang Dicari

oleh -772 Dilihat
oleh

Jadi Ketua PSSI Tidak Digaji, Lalu Apa yang Dicari

TIRAS.id — Saat ini tidak ada obrolan yang lebih menarik selain membahas sepak bola. Siapa ketua PSSI mendatang?

Menjadi seru, karena dinamika PSSI, terkait pernik olahraga yang paling populer di bumi ini.

Sepakbola entah itu di benua Afrika, di Asia, bahkan di Amerika Utara, khususnya di Amerika Serikat, sepak bola makin menunjukkan posisinya sebagai olahraga paling top.

Untuk mencari tahu mengapa olahraga ini sangat digandrungi masyarakat dunia, pasti tidak terlalu sulit.

Jawaban untuk pertanyaan itu akan sangat bervariasi, dan banyak.

Seperti halnya sepak bola, yang seolah-olah hanya melihat bola ditendang ke sana ke mari, sebetulnya tidak begitu.

Memang begitulah, memainkan si kulit bundar, walaupun utamanya sebagai pelaku adalah kaki, bagian tubuh lainnya pun ikut berperan.

Mulai dari dengkul, paha, dan betis, semuanya bisa mengatur pergerakan bola. Lebih dari itu, dada dan kepala menambah variasi dari perguliran bola.

Asal tidak menyentuh tangan, yang konsekuensinya peluit wasit berbunyi sebagai tanda pelanggaran, para pemain sepak bola dipersilakan memainkannya.

MUTU Makin bergairahnya penonton untuk menyaksikan pertandingan sepak bola akan tergantung kepada mutunya.

Sementara, mutu tersebut akan tergantung dari kualitas pemainnya. Namun, sepak bola berkualitas yang dimainkan oleh 22 pemain memperebutkan satu bola, akan dipengaruhi oleh pelatih atau tim pelatih.

Soal pelatih, sepertinya, pimpinan klub atau pimpinan tim nasional kejam. Tetapi, ini semua adalah bagian dari profesionalisme.

Artinya, masyarakat akan makin banyak muncul di lapangan sepak bola jika tontonannya bermutu. Ini berakibat juga pada para sponsor.

Uang akan mengalir dari perusahaan-perusahaan selama penontonnya banyak. Hal yang sama bagi para pemirsa televisi yang tidak segan untuk nongkrong di depan “kotak ajaib” asalkan pertandingannya berkualitas.

Alhasil, inilah siklus sepak bola.

Selain pelatih dan pemain, yang perannya signifikan dalam menampilkan sepak bola bermutu, wasit pun ikut menentukan adanya pertandingan yang berkualitas.

Dalam kaitan ini, kelancaran pertandingan memang merupakan tanggung jawab wasit. Artinya, disyaratkan wasit yang tegas, tetapi juga jeli dan fair.

Khusus untuk soal kejelian, saat ini wasit dituntut untuk mampu membedakan antara pemain yang pura-pura jatuh (diving) dan pemain yang betul-betul jatuh karena pelanggaran pemain lawan.

Bantuan dari kedua penjaga garis tidak bisa dianggap remeh untuk hal ini. Bagaimanapun, saat ini kecenderungan pemain untuk diving makin besar.

Sementara, yang tidak kalah pentingnya adalah peran penonton. Soal yang satu ini sangat dilematis.

Di satu sisi, penonton yang bergairah sangat diperlukan agar pertandingan berjalan semarak. Tepuk tangan dan sorak-sorai penonton akan menumbuhkan motivasi pemain.

Lihat saja bagaimana lesunya suatu pertandingan tanpa penonton, ketika salah satu tim dihukum sebagian karena ulah penonton yang tidak pada tempatnya.

Di sisi lain, kegairahan tersebut tidak boleh berlebihan, karena akan menimbulkan kebencian bahkan kebengisan dari tim yang kalah kepada pendukung dari tim yang menang.

KEPENTINGAN: Kembali ke pertanyaan, siapa yang sebetulnya pantas menjadi Ketua PSSI?

Sebetulnya, persoalan utama dalam menciptakan sepak bola yang bergairah tentu bukan monopoli PSSI.

Akan tetapi, klublah yang berjasa dalam pembinaan. Persoalan utama memang ada di klub.

Sayangnya, semua organisasi sepak bola mulai dari tingkat negara sampai dunia, berusaha keras untuk mengaturnya. Ini pun oke saja, selama klub diajak berperan aktif.

Sementara itu, kepentingan tiap organisasi sepak bola tidak selalu sama dengan kepentingan klub.

Nah, ini yang membuat sepak bola bergairah.

Ada komentar?

 

Salam

 

S.S Budi Raharjo, mengutip ahli dan pengamat sepakbola

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.