Menggertak Si Penggertak

oleh -805 Dilihat
oleh

TIRAS.id — Anda kerap dibentak dan dipermalukan bos tanpa alasan? Atau, ia gemar menghardik dan mencaci maki Anda di depan bawahan?

Jangankan minta maaf, “si bos” bahkan tidak sadar bahwa kelakukannya itu sungguh buruk, tidak sopan, dan menyakitkan orang lain.

Kalau pola ini berlaku berulang-ulang, tampaknya Anda mesti awas. Besar kemungkinan “bos” Anda ini bukan sekedar darah tinggi atau pemarah, tapi boleh jadi ia seorang bully yang gemar menggertak, mempermalukan, atau menakut-nakuti orang lain.

Apa definisi bully sebenarnya?

Penelitian menunjukan bahwa mereka punya perlawanan yang disebabkan oleh prasangka buruk atau sejenis paranoai.

Mereka selalu punya dorongan melawan orang lain, sekalipun orang yang dilawan itu tidak sedang tidak melakukan apa-apa. Susahnya, mereka merasa ada provokasi dari orang lain yang membuat mereka bersifat agresif. Padahal tidak.

Pendek kata, para pelaku bully berpendapat bahwa agresi adalah cara terbaik menyelesaikan konflik. Mereka juga punya keinginan kuat untuk berkuasa dan mendapatkan kepuasan dari melukai orang lain.

Para psikolog menyebut, perilaku mereka tidak prososial, alias tidak tahu bagaimana cara berhubungan dengan orang lain. Akibatnya, mereka tidak dapat menahan diri, tidak dapat mengerti perasaan orang lain, dan mengingkari penderitaan orang lain.

Banyak cerita tentang bos bully ini. Ada yang menelepon anak buahnya dari Paris ke Jakarta semaunya, tanpa peduli bahwa saat itu sedang tengah malam di ibu kota karena perbedaan waktu. Ada juga bos lain meminta  asisten menyelesaikan uraiannya, dengan santai ia mencemarkan pendapat sang asisten itu di staf lain.

Si Bully bisa “memuntahkan” kekuasanya ke bawahan, rekan kerja, pesaing, atau tak mustahil atasannya sendiri. Di sebagian besar perusahaan, pihak manajemen tidak bisa mengambil tindakan karena bisa jadi perlakuan bully itu merupakan “pesanan”. Kaum bully hanya akan diterima atau bertahan di perusahaan kecil, yang manajemennya tidak sebaik perusahaan besar.

Dan, umumnya perusahaan kecil kerap terlambat menyadari kehadiran “bos-bos” bully ini. Apabila seorang pengamat melihat seseorang bos berkelakuan sebagai bully, mereka menganggapnya sebagai ciri pembawaan si bos. “Ah, dia kan sifatnya begitu,” seorang psikolog peneliti menirukan ucapan seorang direktur yang menepis pendapatnya ketika ia menunjukan ciri-ciri bully dari rekan si direktur.

Jelas menunjukan bahwa para pelaku bully banyak merugikan organisasi. Mereka membuat para bawahan atau stafnya kabur ketakutan. Mereka membuat pegawai-pegawai lain atau siapapun yang berhubungan dengan mereka menjadi defensif alias selalu siap mempertahankan diri — suatu situasi yang pada dasarnya amat menggangu roda bisnis perusahaan untuk melakukan inovasi.

Adanya si bully di kantor, membuat karyawan berada dalam keadaan ‘gawat darurat psikologis’. Ditambah, rasa amarah Anda terhadap si bully dan perasaan amarah kepada diri. Karena selalu mengalah pada kelakuan si bully, keadaan darurat di tempat kerja bisa makin gawat saja.

Si bos bully cenderung memandang dirinya lebih baik dari orang lain. Merasa sah-sah saja menggangu dan mengancam orang lain, dan “buta” dalam hal sensitivitas terhadap perusahaan orang lain.  Bisa juga karena faktor persaingan, yang menyebabkan ketidakpedulian psikologis.

Kiranya tulisan ini menjadi cermin, apabila si bos bully membaca. Bukan marah, tapi kemudian merenungkan dan membuat perubahan perilaku. Jika tidak ada perubahan pada si bully, tentu akibat lain yang menanti.  Pesan Tuhan: “Bukan kamu yang berperang tetapi Allah.”

 

Kiat Menangkal si Bully

*Mencoba menenangkannya

Katakan dengan tegas, “Maaf, saya tidak dapat menerima kelakukan seperti itu. Dan, kantor ini tidak bisa menerima sikap-sikap seperti itu.”

Kadang-kadang teguran yang mengejutkan ini dapat efektif. Para pelaku bully tidak dapat membatasi tingkah laku mereka, tapi dengan sedikit kontrol dari orang lain, dapat memaksa mereka mundur. Pendeknya, seorang bully tidak akan memeroleh kesempatan bila Anda tidak membiarkan diri menjadi korbannya.

*Lakukan konfrontasi pribadi

Hadapilah para pelaku bully di balik pintu tertutup atau waktu makan siang di luar kantor. Catatan: Sang bully tidak akan mundur bila ada orang lain.

*Jelaskan dengan spesifik dampak buruk perlakuan bully

“Anda tidak dapat begitu saja mengata-ngatai saya di hadapan staf saya dan begitu banyak orang lain. Bagaimana kalau orang lain melakukan hal itu kepada Anda?”

*Jangan bertindak seperti psikolog di ruang praktek

Batasi pembicaraan pada tingkah lakunya yang nyata-nyata buruk dan menyakitkan. Bukan berpanjang lebar soal teori atau motivasi.

*Buat si bos menyadari konsekuensi

Bantu bos atau si bully mencari cara apa yang perlu ditempuh guna menghilangkan ke-bully-annya. Jelaskan kepadanya perubahan tingkah laku bagaimana yang kiranya ideal untuk semua orang. Tentunya, dengan memberi contoh kongkret dari kelakuannya yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.

*Tunjukan bagaimana kelakuannya di mata pegawai lain

“Anda mempermalukan saya ketika merendahkan saya secara terbuka pada rapat lalu. Saya rasa, Anda justru mempermalukan diri sendiri dengan cara seperti itu. Karena secara tidak langsung Anda memperlihatkan kelemahan Anda sendiri.”

*Cobalah humor

Sekali-kali, tunjukan kepada bos Anda kelakuannya dalam bentuk karikatur. Hal itu, mungkin, cukup menyadarkannya.

*Bicarakan dengan bagian personalia

Sayang, perusahaan sering tidak menyadari kehadiran si bully sampai karyawan lain mengundurkan diri. Karena di perusahaan kecil, pilihannya hanya bertahan atau mengundurkan diri. Kalau perusahaan besar, sih, banyak mekanisme untuk menghadapi si bully. Tapi bagaimana dengan perusahaan kecil? (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.