Kebijakan ‘Ngawur’ Jenderal Dudung, Program Sumur Bor TNI AD Dikritisi Aktivis Lingkungan

oleh -451 Dilihat
oleh

TIRAS.id —  Kebijakan Jenderal Dudung Lewat Sumur Bor Dikritisi Aktivis Lingkungan. Bahkan disebut Kebijakan Ngawur.

Bagaimana tidak, sumur bor memiliki dseampak buruk bagi lingkungan, selain dapat merusak permukaan tanah.

Juga merusak siklus hidrologi, dan yang sering terjadi adalah habisnya cadangan air yang berguna untuk menyeimbangkan tekanan permukaan tanah dan berakibat terjadinya longsor dan amblas permukaan tanah.

Menanggapi program Jenderal Dudung yang men-canangkan Program TNI AD Manunggal Air di Seluruh Pelosok Negeri, dalam hal ini Public Watch Integrity (PWI) sepakat dengan aktivis lingkungan hidup.

PWI menegaskan, kiranya pejabat saat ini penuh dengan wawasan. Dalam membuat program, juga dilengkapi literasi dampak dan solusi.

Kiranya lebih peka, bahkan memahami kehidupan sipil yang ada di tengah masyarakat.

Dampak Negatif dari Sedot Air Tanah Secara Masif Perlu diLiterasi

Pencanangan Program TNI AD Manunggal Air secara serentak dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, Kamis (24/3/2022), menurut PWI hanya bagus secara pencitraan Dudung.

Masyarakat seakan mendapat kesegaran bahwa TNI AD hadir mengalirkan kebutuhan air bersih sebagai solusi kesulitan akses masyarakat terhadap air di seluruh pelosok negeri.

Akan tetapi, saran PWI, agar program ini tak disebut sebagai pencitraan semata, kiranya Program TNI AD Manunggal Air disertai literasi, bagaimana dampak negatif dari sumur bor atau sumur artesis.

Peresmian 15 titik sumur yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Madura dan Sulawesi merupakan program lanjutan Program TNI AD Manunggal Air.

Sampai dengan saat ini telah terbangun sebanyak 227 titik yang tersebar, di antaranya di Bali sejumlah 23 titik, NTB sejumlah 27 titik, dan NTT sejumlah 177 titik serta Sumur Bor sejumlah 55 titik yang tersebar yaitu 15 titik di Bali, 6 titik di NTB, dan 34 titik di NTT.

Public Watch Indonesia Mendukung Masukan Dari Aktivis Lingkungan

PWI dalam sarannya, terhadap kritik aktivis lingkungan kepada Jenderal Dudung yang melakukan Program TNI AD Manunggal Air.

“Semua stakeholder harus memastikan keberlangsungan program di lapangan, mengenai dampak negatif dari sedot air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan  masyarakat,” jelas PWI.

PWI mengingatkan tentang eksploitasi air bawah tanah. Eksploitasi air tanah dalam secara berlebihan menyebabkan pergeseran bebatuan yang menyanggah permukaan tanah, yang kemudian mengakibatkan tanah mudah amblas.

Penggunaan sumur bor untuk mendapatkan air baku bisa ditekan dengan memanfaatkan air permukaan. Maka mata air harus dilestarikan. Pelestarian daerah mata air untuk menjamin volume air tetap mencukupi kebutuhan masyarakat.

Untuk daerah yang tidak ada mata air maka sangat dianjurkan untuk memiliki penampungan air hujan dalam jumlah yang cukup.

Potensi Bahaya Sumur Bor

Potensi bahaya dari sumur bor adalah eksploitasi yang besar dari air tanah sehingga menimbulkan rongga besar di perut bumi.

Rongga ini tercipta akibat berkurangnya air tanah lebih cepat dari pengisian kembali. Maka air tanah yang sudah disedot oleh sumur bor sedapat mungkin dikembalikan dengan volume yang sama ke dalam tanah.

Mengaplikasikan sumur resapan disetiap rumah warga untuk mencegar aliran air hujan langsung menuju laut. Kemudian membuat sebanyak mungkin lubang bipori.

Lubang bipori teruji efektif membantu resapan air kedalam tanah. Manfaatnya akan bertambah jika lubang bipori ini diisi dengan pupuk kompos yang tentu dapat meningkatkan unsur hara tanah yang baik bagi lahan pertanian.

Salah satu solusi yang paling bermanfaat adalah menggalakan tanaman bambu secara massif. Tanaman bambu adalah spon alami untuk menangkap sekaligus menahan air hujan, menghijaukan tanah, mendatangkan manfaat ekonomi sekaligus meminimalisir efek merusak dari bencana gempa bumi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.