Apa Siapa Koes Hendratmo

oleh -557 Dilihat
oleh

Ada yang menyebutnya sebagai presenter, namun ada juga yang menyebutnya penyanyi jadoel. Ramai dibicarakan, kronologi meninggal Koes Hendratmo yang meninggal, menyusul berpulangnya istri kedua dirinya yang bernama Aprilia Puspitawati. 

Dalam sebuah wawancara Koes Hendratmo berujar, “Saya ingin membangun suatu keluarga yang baik, suatu keluarga yang indah, suatu keluarga yang saling menyayangi, satu keluarga yang saling menghormati.”

Koes bercerai dari istri pertama yang bernama Herdawati Bakrie.

Kala itu, Koes menikah saat sudah memiliki tiga anak dari pernikahan sebelumnya. Bonita, Anda, dan Candisa dan mantan istri memang tidak datang di pernikahan Koes.

Pernikahan Koes cukup meriah dengan hadirnya sejumlah sahabat. Tapi, ada yang menyebut presenter legenda Koes Hendratmo meninggal dunia dalam sepi. Dia ditemukan sudah tak bernyawa di rumahnya pada Selasa (7/9/2021) pagi.

Semenjak ditinggal mendiang istrinya, Koes Hendratmo memilih untuk tinggal sendiri di rumahnya.

Pria kelahiran 9 Februari 1943 sudah meluncurkan sejumlah album studio, seperti Lambaian Bunga (1959), Sansaro (1968), Wanita Wanita (1970), Pop Batak Legendaris (2000), dan My Love for You (2011).

Selain piawai sebagai penyanyi, Koes juga sangat dikenal sebagai presenter. Sejumlah acara, baik di televisi maupun off-air pernah ia perankan.

Salah satu acara yang begitu dikenal publik yakni ‘Berpacu Dalam Melodi’ yang merupakan tayangan populer di pada 1988. Acara itu juga yang melambungkan namanya di dunia pertelevisian Indonesia.

Berpacu Dalam Melodi adalah tayangan di mana peserta menebak judul lagu. Acara tersebut disiarkan di TVRI pada 1988-1998 dan pada 2013-2014

Orang yang pertama kali menemukan jenazah Koes Hendratmo adalah asistennya. Semula, si asisten berniat menengok Koes di rumah. Lantaran tak ada jawaban setelah pintu diketuk, sang asisten mendobrak paksa.

“Digedor-gedor pagarnya nggak ada yang nyahut, ditelepon juga nggak ada yang angkat. Nah akhirnya dibuka paksa rumahnya. Terus pas dilihat ke kamarnya mas Koes udah nggak ada (meninggal),” katanya.

Sebelumnya, istri Koes Hendratmo Aprilia Puspitawati, meninggal dunia pada Kamis (20/5/2021).

Ini Loh, Koes Hendratmo

Ia termasuk salah seorang biduan atau penyanyi pria yang muncul dalam rentang 1965-1970. Pada masa itu ada sederet biduan kondang lainnya, seperti Harry Noerdie, Ronny Joes, Alfian, Yan Salakory, Deddy Damhudi, Bob Tutupoli, Muchsin, dan Koes Hendratmo.

Koes Hendratmo (1943-2021) bukan penyanyi yang menghasilkan puluhan lagu kondang. Bukan pula biduan yang membuat belasan album atau menjual jutaan kopi piringan hitam, CD, dan kaset.

Popularitas awalnya berangkat dari ”hanya” satu piringan hitam produksi Elshinta pada pertengahan 1960-an. Album itu berjudul Lambaian Bunga, dengan subjudul ”Jang Terbaik dari Kus Hendratmo”, judul yang layak untuknya.

Lagu-lagu dalam album itu populer pada tahun 1968 djan seterusnya. Suara Koes pun dikenal luas oleh pendengar Radio Republik Indonesia atau RRI yang sering memutar piringan hitam tersebut. Tidak ada yang heboh atau sensasional dalam lagu dan musik yang diiringi Band Dharma Putra pimpinan Kolonel Sofjar itu.

Popularitas awalnya berangkat dari ”hanya” satu piringan hitam produksi Elshinta pada pertengahan 1960-an.

Lagu-lagu dalam album itu adalah lagu standar dan sudah pernah dinyanyikan oleh penyanyi lain. ”Lambaian Bunga” dan ”Timang-timang”, misalnya, pernah dibawakan Said Effendi. Pada muka atau side A dari PH itu adalah lagu ciptaan komponis Indonesia, yaitu ”Timang-timang” ciptaan Said Effendi, ”Lambaian Bunga” (Saiful Bahri), ”Malam Seindah Ini”, dan ”Hanya Sekejap” (Adi Karso).

Adapun pada muka B, terdapat empat lagu ”Barat”, sebutan pada masa itu. Lagu tersebut adalah ”l Mondo” ciptaan Gianni Meccia yang versi bahasa Inggrisnya dipopulerkan oleh Engelbert Humperdinck. Kemudian ”San Francisco” ciptaan J Phillips yang sangat populer lewat suara Scott McKenzie.

Lantas ada ”Making Believe” karya Jimmy Work yang aslinya berupa lagu country serta ”You Only Live Twice”, lagu tema film James Bond karya Bricusse yang soundtrack-nya dibawakan Nancy Sinatra.

Lagu-lagu semacam itu belakangan disebut sebagai lagu ”daur ulang”, sebutan yang terkesan kurang menghargai karya. Lagu mana pun jika memang berkenan di hati publik, maka lagu itu akan tetap singgah di telinga orang.

Koes Hendratmo adalah salah seorang penyanyi yang mampu menyajikan lagu-lagu tersebut ke telinga publik pada masa itu. Dan ternyata suguhan Koes diterima khalayak luas. Buktinya, ”Lambaian Bunga”, ”Timang-timang” dan lainnya populer. Dan sampai hari ini, orang mengenang seorang Koes Hendratmo lewat suara pada lagu-lagu tersebut.

Sosok Koes semakin populer lewat acara kuis ”Berpacu Dalam Melodi” di TVRI yang tayang perdana pada11 Mei 1988 pukul 21.45 seusai ”Dunia Dalam Berita”. Dalam kuis rekaan Ani Sumadi ini, Koes berperan sebagai pembawa acara. Kuis ini menggunakan lagu sebagai materi utama untuk ditebak oleh peserta, dan penonton tentu saja.

Koes tampak menguasai dan sangat luwes membawakan acara ini. Diiringi musik oleh Ireng Maulana dan kawan-kawan, Koes sering bernyanyi menemani peserta atau penyanyi yang menjadi bintang tamu.

Berpacu Dalam Melodi, kuis yang dipandu Koes Hendratmo (atas), muncul lagi di TVRI setiap Sabtu malam.

Kelebihan Koes dalam ”Berpacu dalam Melodi” adalah dia mengerti benar latar sejarah lagu dan penyanyi yang menjadi materi kuis.

Tidak hanya mengerti, Koes juga mampu menirukan dengan persis gaya nyanyi biduan yang lagunya dijadikan pertanyaan. Ia dengan terampil meniru gaya Johnny Mathis, Tom Jones, Engelbert Humperdinck, sampai Said Effendi dengan ”Fatwa Pujangga”-nya.

Begitu pas ia menjadi pembawa acara kuis itu sampai ada yang menyebutnya sebagai Kuis Hendratmo. Pengalaman bergabung dalam Impola Group juga menjadikannya fasih menyanyikan lagu-lagu daerah, bahkan juga berbicara dengan logat Batak.

Itu mengapa dalam Impola, Koes Hendratmo disebut sebagai Koes Martele-tele alias Koes Si Serba Bisa. Lambaian Bunga untuk Koes Hendratmo, ditulis seorang pengamat musik yang juga seorang jurnalis.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.