“Seluruh jajaran Perum BULOG telah berkomitmen untuk bekerja keras dan bekerjasama dalam menciptakan peluang bisnis baru dengan tagline: efficiency and service excellence,” ujar Buwas.
Perum BULOG akan melakukan efisiensi biaya dan membangun price differentiation antara penjualan grosir dan ritel, serta membangun networking dengan kata kunci sinergi dan kolaborasi.” Kata Dirut Perum BULOG Budi Waseso di Jakarta, Rabu (3/2).
Perbincangan secara virtual Direksi BULOG dengan rekan media massa menjadi menarik.
Budi Waseso alias Buwas mengungkap cerita “lingkaran setan” yang masih terjadi di republik ini. Dimana ada yang sudah jadi keputusan, bisa jadi tidak terlaksana.
Tak terasa tiga jam berlalu. Silaturahmi awal tahun 2021 ini antara Direksi Perum BULOG dengan sejumlah awak media yang tergabung dalam Forum Wartawan Bulog. Obrolan yang seru dan blak-blakan.
Pada kesempatan itu Budi Waseso juga memperkenalkan jajaran direksi yang baru terbentuk kepada rekan-rekan media. Dimana BULOG menyiapkan langkah taktis, fokus bisnis raih market dan profitabilitas.
Mantan Kepala Bareskrim polri itu mengatakan bahwa susunan direksi kali ini sungguh berbeda dan tergolong istimewa, karena dua di antaranya berasal dari karyawan Perum BULOG, yaitu Febby Novita selaku Direktur Bisnis dan Mokhamad Suyamto selaku Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik.
Adapun susunan lengkap jajaran direksi Perum BULOG yang diperkenalkan adalah Gatot Trihargo selaku Wakil Direktur Utama . Febby Novita selaku Direktur Bisnis. Mokhamad Suyamto selaku Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik.
Kemudian orang lama yang menjadi Direktur SDM kini dipercaya sebagai Direktur Keuangan, yakni Bagya Mulyanto . Sinar Hadi Purnomo selaku Direktur Human Capital.
“Jumlah direksi juga mengalami perampingan dari sebelumnya berjumlah delapan orang kini menjadi enam orang, termasuk Dirut Perum BULOG,” kata Budi Waseso.
Secara ceplas ceplos, Buwas menjawab gamblang pertanyaan jurnalis.
Antara lain yang ditanyakan, mengapa Badan Usaha Milik Negara sejak 2003 dan dibentuknya BULOG terjadi pada 10 Mei 1967 itu tak berperan banyak dalam hal “gonjang-ganjing” yang ramai di masyarakat seperti langka dan mahalnya daging sapi, kedelai hingga bawang putih.
Media menyoroti dan mencatat BULOG — yang mengelola cadangan beras Pemerintah memperkuat Pilar Stabilitas — baru “terasa peran”-nya saat operasi pasar. Atau BULOG bermanfaat, ketika menanggulangi keadaan darurat, rawan pangan hingga bantuan bencana alam, gempa bumi atau banjir .
Itupun, ketika Rakertas pemerintah memutuskan untuk turun membantu.
Dirut BULOG mengakui hal itu, karena bantuan baru bisa dibayar pemerintah kalau sudah putusan Ratas. Belum otomatis, beras di gudang BULOG terserap karena dibeli ASN, TNI atau Polri. BULOG tak lagi diberi kewenangan tunggal, dalam hal menghabiskan beras cadangan di gudang.
Upaya beras BULOG terserap ke ASN, TNI atau Polri baru akan diupayakan. Sehingga selain mengatasi mafia pangan, dengan beras terbaik yang diproduksi oleh BULOG. Stok gudang di BULOG yang dibeli langsung dari petani bisa disalurkan.
Bahwa Perum BULOG yang fokus di Pajale (padi jagung kedele) akhirnya mendapat izin memasukan import daging kerbau dari India, ia juga bersyukur. Untuk import sapi dari negara lain, Buwas mengaku tak tahu.
Yang pasti, oknum atau mafia pangan sudah berhasil menciptakan kondisi, agar daging harganya terkerek naik.
“JIka diberi peran lebih, BULOG tak sulit mengatasi oknum-oknum atau rantai distribusi pangan yang menyusahkan masyarakar,” kata Buwas.
BULOG sudah menjamin ketersediaan pangan dari petani sendiri. Kalaupun stok kita tiba-tiba tak cukup, kurang dari seminggu dengan kontak langsung ke negara lain secara langsung sudah beres, dengan harga yang bagus dan tak mencekik leher. Tak perlu calo atau ini dan itu.
“Mau dijadikan apa BULOG ke depannya, yang penting fungsinya dirasakan masyarakat,” Buwas menegaskan.
Untuk beras, BULOG berpengalaman saat menghadapi suplai yang melimpah terutama saat panen raya, mengakibatkan terjadinya marketed surplus di pasar yang perlu penyerapan.
Membeli gabah langsung dari petani, BULOG memiliki alat canggih untuk mengeringkan gabah itu menjadi beras terbaik.
Keberhasilan Perum BULOG selama ini teruji. Walau keadaan yang sekarang berbeda dengan dulu. Saat ini, stok beras yang ada di gudang BULOG, tak otomatis dibeli pemerintah sebagai bansos atau jaman raskin.
Tapi komitmen BULOG terhadap “penugasan” terus berjalan.
Dalam menghimpun stok dari pengamanan HPP membantu dalam memperkuat stok beras nasional, juga membantu peningkatan pendapatan jutaan petani yang tersebar di berbagai tempat di tanah air dan sekaligus dapat mendorong stabilitas harga beras.
BULOG cari akal, dengan memperluas akses market dan profitabilitas, disamping tetap menjalankan penugasan dari Pemerintah seperti yang sudah dilaksanakan selama ini.
“Menjadikan BULOG saat ini tak hanya menguatkan sisi hulu dengan melakukan pembinaan petani dan pola kegiatan on farm,” ujarnya.
Sedangkan di sisi hilir melakukan pembinaan jaringan sahabat RPK dan e-warung serta memperkuat e-commerce dan pasar modern.
“Inovasi diversifikasi pangan pun akan lebih sering dikembangkan mulai dari produk sagu, tepung tapioca, dan beras jagung analog,” ujar Budi Waseso bercerita pernik operasional Perum BULOG yang tersebar di seluruh Indonesia.
Budi Waseso alias Buwas mengungkap cerita “lingkaran setan” yang masih terjadi di republik ini. Dimana ada yang sudah jadi keputusan, bisa jadi tidak terlaksana.