TIRAS.id — Jalan-jalan di kota Yerusalem yang biasanya ramai dikunjungi turis pada musim liburan Natal terlihat sangat sepi pada tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Santa Claus’ House atau Rumah Sinterklas – salah satu atraksi yang didirikan di kota Yerusalem sejak 2017 — tampak meriah dengan dekorasi Natalnya. Namun, semangat warga kota itu tampak rendah di tengah-tengah pandemi yang telah melumpuhkan musim turis di kota tersebut
Dengan 4.5 juta turis asing mengunjungi Israel tahun lalu, industri pariwisata diperkirakan bernilai sekitar $ 6.6 miliar dan menyediakan sebanyak 110 ribu pekerjaan di Israel. Kota Yerusalem merupakan kawasan yang paling banyak dikunjungi.
Sejak Israel menutup perbatasannya akibat pandemi Covid-19 pada bulan maret, tidak ada turis yang berkunjung. Kebanyakan toko-toko di Kota Tua tetap ditutup.
Salah seorang yang mencoba membangkitkan semangat Natal adalah Issa Kassissieh, yang dikenal warga setempat sebagai Sinterklas Yerusalem. Ia mengatakan, Natal kali ini memberi kesan yang belum pernah dirasakan oleh generasi-generasi sebelumnya.
“Tidak ada pengunjung di Yerusalem. Saya sebagai Sinterklas Yerusalem, saya mencoba untuk menghidupkan kembali kota ini menjadi riang dan damai. Dan inilah pesan saya bagi Tanah Suci dan dunia: Selamat Natal dan Tahun Baru,” katanya.
Keceriaan Natal juga tidak terasa di Betlehem.
Perekonomian Palestina yang bermasalah, dan semakin terpuruk oleh pandemi virus corona, ikut menjadi penyebabnya
Menteri Kesehatan Palestina telah menyarankan pembatasan ketat pada perayaan Natal di Betlehem tahun ini karena pandemi virus corona.
Perayaan natal di Betlehem, kota yang diyakini oleh umat Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus, umumnya dihadiri ribuan orang dari berbagai penjuru dunia.
Kementerian Pariwisata telah menyarankan acara penyalaan pohon Natal di Manger Square hanya boleh dihadiri oleh 50 orang. Lampu pohon Natal yang terletak di Manger Square hanya boleh dinyalakan hingga pukul 9 malam. Restoran-restoran di sekitarnya harus tutup pada jam 21.00 waktu setempat selama musim liburan Natal.
Kehadiran pengunjung pada kebaktian Malam Natal juga dibatasi.
Perekonomian Betlehem, yang dipenuhi dengan hotel-hotel, toko souvenir dan restoran-restoran, sangat bergantung pada musim liburan Natal.
Pembatalan atau pembatasan pada acara-acara perayaan Natal semakin menekan perekonomian yang sudah terpukul parah oleh krisis virus corona tahun ini.
“Perayaan Natal tahun ini terjadi dalam kondisi yang sulit di Palestina, terutama di kota Betlehem, yang sangat bergantung pada sektor pariwisata,” kata Jiries Qumsiyeh, pejabat pariwisata di Otoritas Palestina.