TIRAS.id — Siapa yang menyangka, dibalik pengungkapan pelaku ransomware cryptolocker US Gold Burreu yang heboh kemarin, adalah aparat siber dari polisi Indonesia.
Rilis berita dimuat di beberapa media. Bareskrim Polri Tangkap Hacker Indonesia yang menyerang perusahaan Amerika.
Kolaborasi FBI Amerika bersama penyidik Indonesia ini memang cukup membanggakan, bahwa kemampuan polisi kita tak kalah piawai. Bahkan, kalau boleh sedikit “lebay”, polisi Indonesia justru lebih canggih dalam mengungkap kejahatan siber.
Awal cerita singkatnya, tatkala polisi siber AS dan Indonesia “ngopi-ngopi” bareng. Tatkala AKBP Idam Wasiadi MT bertukar cerita dengan petugas FBI, yang cerita atau semacam “curhat” mengenai ragam kasus hacker di negeri Paman Sam.
Dua orang FBI itu bercerita bagaimana hacker atau kejahatan ciber selalu diantipasi oleh polisi di sana, dengan kemajuan teknologi.
Hanya saja, khusus kasus ransomware cryptolocker yang menimpa US Gold Burreau di Texas USA. Sudah selama tiga setengah tahun tidak terpecahkan.
Pelaku ransomeware crytolocker tersebut anonimous / tidak teridentifikasi pada saat di identifikasi.
Idam Wasiadi yang merupakan pria kelahiran Blora 1 Januari 1965 ini tergerak untuk membantu. Peristiwa “ngopi” bareng FBI itu berlangsung Juli 2019, berlangsung di Caribou Coffe Senopati, Jakarta Selatan.
Dalam diskusi tersebut, Idam sebagai polisi Indonesia penasaran juga. Ia pun menyanggupi akan membantu melakukan investigasi case tersebut.
Info penelusuran dari FBI Amerika, dengan kecanggihan teknologi Negeri Paman Sam. Rupanya pelaku lebih “lihat” atau pandai “ngumpet” disaat hendak ditelisik lebih jauh.
Si pelaku kejahatan, pada saat melakukan serangan selalu menggunakan IP address VPN, wallet BTC-nya anonimous, log akses wallet BTC nya selalu memakai IP add VPN.
Eng-ing-eng.
Idam pun meminta FBI untuk segera mengirim surat ke Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri. “Sehingga saya selanjutnya dapat bekerja membantu,” ujar penerima beasiswa Sepamilsuk ABRI II di tahun 1989 ini.
Polisi santun, yang punya banyak mengungkap kasus-kasus cyber besar di Indonesia ini tak mau juga disebut lancang. Sementara naluri penyidiknya tergerak untuk segera mengungkap agar kasus ini terkuak.
Alumnus Pasca sarjana teknik kompoter ITS itu menyebut, hal ini bukan juga perkara mudah. Dirinya melakukan pelbagai teknik cyber investigation.
Ransoware sendiri adalah sejenis malware yang mampu mengambil alih kendali atas sebuah komputer dan mencegah penggunanya untuk mengakses data.
Tersangka menyebarkan link itu secara random ke 500 email calon korbannya yang ada di dalam maupun luar negeri. Lalu, setelah link itu diklik oleh korban, maka malware ransomware yang disiapkan pelaku akan masuk dan mengunci seluruh data korban di komputer pribadi maupun korporasi.
Setelah server komputer sasaranya mati, pelaku kemudian meminta uang tebusan dalam bentuk mata uang crypto currency bitcoin sebagai syarat untuk mengembalikan fungsi sistem.
Jaringan komputer dihack, tak bisa diakses, karena semua sistemnya diambil alih oleh pelaku.
Jika tak membayar, yang bersangkutan atau pelaku akan mematikan seluruh sistemnya. Dalam monitor layar komputer korban, hanya muncul tampilan berisi pesan yang meminta korban menghubungi email pelaku serta ancaman.
Ancaman itu adalah, dalam waktu tiga hari pelaku akan menghapus data-data milik korban apabila mengabaikan pesannya. Dalam beraksi, pelaku bisa memeras hingga 300 bitcoin. Di mana satu btcoin itu kalau ditukar nilainya sekitar Rp 150 juta.
Dengan teknik undercover buy itu. Pada ujungnya, pelaku ransomware cryptolocker US Gold Burreu bisa di deteksi siapa pelakunya. Mendeteksi tersangka hacker Indonesia menjebol perusahaan Amerika ditangkap Bareskrim Polri.
Idam mengungkap sosok yang selama ini dicari-cari polisi Amerika Serikat. Ternyata sang peretas itu berinisial BBA berusia 21 tahun.
BBA ditangkap pada 18 Oktober 2019 lalu di Sleman, Yogyakarta.
Polisi Idam selaku ketua tim ciber, yang yang sudah 27 tahun menjadi penyidik Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri ini memang punya membongkar judi online, money laundering hingga penyidikan kasus email Hijacking/ Email Fraud.
Untuk penyidikan email fraud, bahkan Idam Wasiadi dikirim ke Singapore (2013), ke Brussel – Belgia (2014) dan ke Paris – Perancis (2015). Untuk kemudian ke Hongkong (2016). Terakhir, berhasil dalam penyidikan kasus Ransomware di Houston – Texas USA (November 2019).
#SS Budi Rahardjo MM