TIRAS.id — Laksamana TNI (Purn) Dr Ade Supandi disebut KSAL Kedua Dari Tanah Pasundan. Suami dari Endah Esti Hartanti Ningsih, biasa disapa Iin ini, merupakan Ketua Umum Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut (PPAL) periode 2018-2021.
Dalam webinar, pria yang pada 1 Juni 2018 lalu beristirahat sebagai tentara angkatan laut terus berkomunikasi dengan banyak pihak, termasuk jurnalis dan dalam beberapa grup diskusi digital.
Sebagai purnawirawan TNI, Ade mengakui situasi ekonomi kita dan dunia, sedang berkontraksi.
Namun, pria kelahiran 26 Mei 1960, Batujajar, Bandung, Jawa Barat itu tetap akan membuat buku lagi dan juga memaparkan rasa bangga-nya sebagai orang Sunda.
Tatkala menjadi narasumber dalam acara webinar bertajuk “Sawalamaya Pra Kongres Sunda Revitalisasi Pelaksanaan Tujuan Bernegara Mendorong Masyarakat Sunda Menatap Jauh ke Depan Dalam menghadapi Perang Modern.”
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) periode 2015-2018 itu mengingatkan kepada semua peserta Kongres Sunda, Kamis (16/7).
“Orang Sunda jangan under estimate dengan kemaritiman. Dulu waktu saya mengisi di ITB saya ditanya Bapak kok bisa jadi Kasal? Orang Sunda sebenarnya sangat melekat dengan kemaritiman,” ujar Ade.
Baik yang berada di pegunungan maupun pesisir, Ade menyebut orang Sunda memiliki DNA pelaut yang kental.
Hal itu terbukti dengan adanya miniatur kapal yang dibuat oleh orang Cililin (Kabupaten Bandung) yang ditaruh sebagai koleksi di museum Mugaba miliknya di Banuraja, Cimahi.
Ade mendengar bahwa kemampuan membuat kapal dari orang-orang Sunda sudah didapatnya secara turun temurun.
Hal itu juga sesuai dengan cerita Sangkuriang yang dikisahkan telah menendang kapal (perahu) yang dibikinnya sehingga menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Suku bangsa Sunda atau mayarakat yang hidup di tatar Pasundan, Provinsi Jawa Barat dan Banten didorong untuk mencintai kemaritiman sebagai perwujudan membangun jati diri bangsa Indonesia dalam cita-citanya menuju negara maritim.
Dalam kesempatan itu, Ketua Persatuan Purnawirawan TNI AL ini menyatakan bahwa orang-orang Sunda seperti Ir Djuanda Kertawidjaja, RE Martadinata dan Mochtar Kusumaatmadja merupakan tokoh-tokoh yang memberikan gagasan besar terhadap pembangunan maritim di Indonesia.
“Perjuangan PM Djuanda kalau dulu kapal-kapal Belanda hilir mudik di kantong perairan kita maka sangat merugikan. Akhirnya ditutup kantong perairan tadi yang batas dengan daratan tadinya 3 mil menjadi 12 mil. Perjuangan kemudian berlanjut sampai ke rezim negara kepulauan,” jelasnya.
“Apa yang diperjuangkan oleh Pak Djuanda dan Pak Mochtar itu kegigihan orang Sunda. Jadi kalau ada istilah Ngajurung Urang Sunda ka Jauhna atau outward looking ini nonsen kalau tidak melihat laut sebagai sarananya,” tegas Ade.
Kendati demikian, ia menyebut tidak ada kata terlambat untuk orang Sunda mempelajari maritim sehingga menjadi karakter yang melekat dalam jiwanya.
“Cita-cita saya dulu bagaimana orang Sunda bisa jadi Kasal. Setelah Pak Martadinata, butuh waktu 50 tahun untuk orang Sunda bisa menjadi Kasal,” ujar pria yang selalu optimis Indonesia tak masuk dalam tubir jurang resesi.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dimana dua pertiga wilayah kami terdiri dari air.
Air yang kaya sumber daya maritim. Ikan, gas, minyak, dan keragaman hayati. Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, menyuarakan lagi Jalesveva Jayamahe, dan kembali ke jati diri sebagai negara Maritim.
“Kita harus bisa mengontrol pandemi virus covid-19. Dengan usaha dan doa, kita tidak masuk di tubir jurang resesi,” ujar Ade Supandi, masih dalam nada optimis.
Pria yang merupakan doktor di Manajemem Bisnis Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) itu mengakui juga dampak pandemi ini angka kemiskinan naik, tapi ketimpangan cenderung turun.