S.Dian Andryanto Kembali Terbitkan Buku Secara Independen

oleh -286 Dilihat
oleh
S.Dian Andryanto Kembali Terbitkan Buku Secara Independen
bersama sebagian kecil tim majalah tren pria (matra)

TIRAS.id — Acara peluncuran buku #sayabelajarhidup ke 10 dan ke 11, “diantara hening” dan “Nusantara Berkisah2: Orang-orang Sakti” dilaksanakan di Gedung Tempo, lantai lima, pukul 14.00-17.00 WIB, jalan Palmerah Barat no 8 Jakarta.

Sebagai Event Organizer (EO) dalam acara itu adalah, Langgam Komunika dengan pimpinan produksi Urry Kartopaty.

Acara yang terasa guyub, kekeluargaan.

Menjadi ajang, sekaligus “kopi darat” para penulis buku dan rekanan serta sohib lawas dari coach S.Dian Andryanto, yang juga seorang jurnalis di Tempo dan eks majalah Matra.

Sejak Agustus 2019 terkumpul sekitar 612 tulisan dari 73 penulis. Melalui seleksi yang ketat, terpilih 32 penulis dengan 65 tulisan yang dimuat dalam buku diterbitkan secara independen itu, dalamĀ  buku Nusantara Berkisah 2 ini.

“Pilihan kata dan hal yang disajikan dalam tulisan ini menunjukan, penulis pemerhati kritik sosial dan pendidikan dengan akhlak,” ujar Novel Baswedan.

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dalam kata sambutannya tentang buku #sayabelajarhidup yang tak terasa, sudah lima tahun berjalan.

Bambang Widjojanto, mengungkapkan Dian, bisa memberikan “rasa” terhadap kalimat yang ditulis dalam buku itu.

Anggota Bidang Hukum dan Pencegahan Korupsi Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan itu salut dengan S. Dian Andryanto, yang mampu menularkan penulis bagus dan idealis.

“Kampret mas Dian ini ya, ini kok bisa kayak gini. Itu yang menarik, nampar tulisannya,” ujar Bambang, kemudian meralat bahwa istilah “kampret” dan “cebong” sudah tak boleh lagi.

Jadi, ia menyebut buku semacam ini semoga bisa bertahan dan berkelanjutan hidup, karena sudah memiliki pembaca fanatik, dari dalam dan luar negeri.

“Majalah matra, eksekutif dan Asosiasi Media Digital Indonesia, termasuk yang mengamati. Dari tulisan status FB mas Dian, hingga dalam bentuk e-book. Mengasah empati kepada sekitar,” ujar S.S Budi Rahardjo, CEO majalah eksekutif dan juga Ketua Umum Pimpinan Media Digital, tentang komitmennya terus menjadi media patner.

Dengan segala upaya, buku dengan bahasa pupuler dan mudah dicerna ini memang selalu terbit di akhir tahun. Menjadi catatan pinggir, sejak pertama dlluncurkan awal terbit 6 Desember 2015. Buku ditulis dengan bahasa santuy, sehingga tidak sulit dicerna.

Hingga kini memiliki komunitas para penulis dari pelbagai pelosok Indonesia. Tidak hanya di Jakarta, buku-buku tersebut diluncurkan pula di Bali dan Yogyakarta.

para sahabat

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.