Mau Tetap Jadi Buruh Atau Mau Jadi Juragan?

oleh -200 Dilihat
oleh

TIRAS.id — Dalam sebuah usaha propaganda, narasi ketakutan atau fear memang paling efektif.

Seperti virus, ia cepat menular..

Ini yang mendasari kenapa hoax UU Cipta Kerja gelombangnya sangat besar. Karena hoax itu menciptakan ketakutan, bahwa pekerja akan diganti Tenaga Kerja Asing (TKA) Cina.

Pekerja tidak punya hak apa-apa sampai mereka rentan di PHK (pemutusan hubungan kerja).

Narasi ketakutan inilah yang disebarkan lewat WA grup, media sosial yang ada di hampir semua penduduk Indonesia.

Karena narasi fear ini, yang sudah takut akan lebih takut dan yang biasa saja juga jadi bingung, “masak sih begitu ?” dan akhirnya takut juga.

Mau dijelasin juga akan sia-sia, karena itu seperti api besar yang sulit padam dengan disiram air seember.

Ketakutan seseorang disebarkan di grup WA, dan disebarkan lagi seperti api nyala di jerami kering. Inilah yang membuat hoax itu sangat berbahaya.

Padahal, mungkinlah pemerintah akan mengkebiri hak-hak buruh dengan UU Cipta kerja?

Enggak. Bahkanm pemerintah dan DPR sedang menyatukan hak dan kewajiban yang seimbang, antara buruh dan pengusaha.

Kalau cuman buruh doang yang dibelai, pengusaha bisa bangkrut. Kalau pengusaha doang yang “dinyamankan”, maka buruh bisa menderita. Itu niat dan tujuan dari Omnibus Law.

Tapi ketika dipolitisasi, penafsiran UU itu bsia jadi beda. Bentuk politisasinya macam-macam sesuai kepentingan.

Ada kepentingan mantan Jenderal yang ingin jadi Presiden. Ada kepentingan kepala buruh yang pengen dapet penawaran jadi Wakil Menteri.

Ada juga kepentingan partai untuk menaikkan elektabilitasnya dengan main drama seolah-seolah dia pro rakyat, padahal waktu berkuasa dia yang merampok paling banyak..

Pada intinya, Omnibus Law diciptakan untuk membangunh lapangan kerja baru.

Pengangguran kita sudah tambah dua juta orang karena Corona. Diprediksi tambahan orang di “PHK” akan mencapai 5 juta. Dengan UU baru, diharapkan investasi asing masuk, dan muncul lapangan-lapangan kerja baru.

Tapi apa “buruh yang malas, yang enggak punya prestasi, yang skil-nya kurang tapi pengen karirnya berkembang, yang pengen beli hape 8GB RaM, yang mending demo panas-panas-an daripada kerja seharian” mau mendengar ini ?

Engga. Mereka engga akan dengar. Karena mereka berfikir gampangnya aja, yang penting perut gua kenyang. Paham aja kagak ma UU Cipta Kerja, tapi kalo teriak paling kencang.

Inilah penyakit di negara kita dan banyak negara lainnya. Ketika datang TKA China, yang satu orang bisa menyelesaikan pekerjaan tiga orang di Indonesia, buruh teriak.

Entar diganti robot, mereka teriak lagi. Perusahaan tutup karena engga kuat, mereka lagi-lagi teriak. Teriak mulu, onaninya kapan ?

Daripada sibuk teriak, mending keluar dan wiraswasta. Meski cuma jualan bakso, tapi ada perkembangan. Siapa tahu dua tahun kemudian bisa jadi juragan dan punya 40 rombong yang tersebar dimana-mana.

Dan lihatlah temanmu yang dulu, dua tahun lagi. Dia masih di posisi yang sama, dengan keluhan dan teriakan yang sama. Dia engak kemana-mana, sedangkan kamu baginya sudah jauh di luar angkasa.

Hidup itu emang pilihan. Kamu yang memilih mau jadi apa dirimu ke depan. Mau jadi juragan, atau cuman jadi tukang teriak di jalan ?

Seruput kopinya, kawan..😊😃

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.